07
Jul
10

Profil Bengkayang

Kabupaten Bengkayang adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten terletak diBengkayang, dan Kantor Bupati di Jalan Guna Baru Trans Rangkang, Bengkayang, 79282.

Sebelumnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Sambas, yang karena adanya UU Otonomi Daerah dimekarkan menjadi 3 daerah otonom yang terpisah, yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, dan Kota Singkawang. Terletak di bagian utara Kalimantan Barat, Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.

Bengkayang memiliki tanah yang subur dengan kontur yang beragam, sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian daerah ini. Apalagi dengan relief yang beragam, dari pegunungan hingga daerah pesisir pantai, menjadikan Bengkayang kaya akan keanekaragaman sumber daya alam. Pembangunan di wilayah ini masih tertinggal. Namun dengan adanya semangat otonomi daerah diharapkan depat memacu pembangunan Bengkayang menjadi lebih maju di segala bidang. Salah satu hasilnya adalah berhasilnya pembangunan gedung kantor bupati satu atap, di mana dalam satu gedung tersebut terpusat seluruh badan dan dinas yang ada di lingkungan pemerintahan daerah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap publik. Selain itu proyek pengadaan air bersih juga telah selesai di revitalisasi.

Wilayah Administrasi

Berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 6 Tahun 2004, tentang Perubahan Desa menjadi Kelurahan di Kabupaten Bengkayang,
Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 7 Tahun 2006, tentang Pemekaran Kecamatan Sungai Raya dimekarkan menjadi Kecamatan Sungai Raya Kepulauan,
Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pemekaran Kecamatan Sanggau Ledo menjadi Kecamatan Tujuh Belas, dan
Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang Nomor 12 Tahun 2006, pemekaran Kecamatan Samalantan menjadi Kecamatan Lembah Bawang di Kabupaten Bengkayang,
sesuai dengan ketentuan tersebut di atas terdapat 2 (dua) kelurahan dan 17 (tujuh belas) kecamatan, yakni:

Bengkayang (meliputi : Kelurahan Bumi Emas dan Kelurahan Sebalo)
Capkala
Jagoi Babang
Ledo
Lembah Bawang
Lumar
Monterado
Samalantan
Sanggau Ledo
Seluas
Siding
Sungai Betung
Sungai Raya
Sungai Raya Kepulauan
Suti Semarang
Teriak
Tujuh Belas
[sunting]Sejarah Bengkayang

Kata Bengkayang dalam bahasa cina (La La) yang berarti jauh, awalnya Bengkayang merupakan sebuah desa bagian wilayah sambas, desa Bengkayang merupakan tempat singgah pada pedagang dan penambang emas. Bengkayang pada masa penjajahan Belanda merupakan bagian dari wilayah Afdeling Van Singkawang, dimana pada waktu itu pembagian wilayah Afdeling administrasi yang daerah hukumnya meliputi:

Onder Afdeling Singkawang, Bengkayang, Pemangkat, dan Sambas (daerah Kesultanan Sambas).
Daerah Kerajaan / Penembahan Mempawah.
Daerah Kerajaan Pontianak yang sebagian daerahnya adalah Mandor.
Setelah Perang Dunia II berakhir, daerah tersebut dibagi menjadi daerah otonom Kabupaten Sambas yang beribu kota di Singkawang. Kabupaten Sambas ini membawahi 4 (empat) kawedanan, yakni:

Kawedanan Singkawang
Kawedanan Pemangkat
Kawedanan Sambas
Kawedanan Bengkayang
[sunting]Sejarah Pembentukan Wilayah Kabupaten Bengkayang

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1999 tentang pembentukan Daerah Tingkat II Bengkayang, secara resmi mulai tanggal 20 April 1999, Kabupaten Bengkayang terpisah dari Kabupaten Sambas. Selanjutnya pada tanggal 27 April 1999, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengangkat Pejabat Bupati Bengkayang pertama yang dijabat oleh Drs. Jacobus Luna. Pada waktu itu wilayah Kabupaten Bengkayang ini meliputi 10 (sepuluh) kecamatan. Bupati dan Wakil Bupati waktu itu dipimpin oleh Drs. Jacobus Luna dan Drs. Moses Ahie dengan masa pimpinan periode 2000 – 2005. Selanjutnya dengan adanya pemilihan Kepala Daerah secara langsung pada tahun 2005, terpilih kembali Drs. Jacobus Luna dan Suryadman Gidot, S.Pd sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bengkayang untuk periode 2005 – 2010.

Keberadaan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2001 tentang pembentukan Pemerintahan Kota Singkawang mengakibatkan Kabupaten Bengkayang dimekarkan kembali dengan melepaskan 3 Kecamatan yang masuk kedalam wilayah pemerintahan Kota Singkawang sehinga tinggal menjdi 7 Kecamatan. Kemudian pada tahun 2002, Kabupaten Bengkayang kembali bertambah menjadi 10 Kecamatan dengan pembentukan kecamatan baru yaitu Kecamatan Monterado, Kecamatan Teriak, dan Kecamatan Suti Semarang.

Pada awal tahun 2004, dari 10 kecamatan yang ada tersebut, Kabupaten Bengkayang dimekarkan lagi menjadi 14 kecamatan dengan 4 kecamatan barunya yakni Kecamatan Capkala, Kecamatan Sungai Betung, Kecamatan Lumar, dan Kecamatan Siding, kemudian pada tahun 2005, Kecamatan Sanggau Ledo dimekarkan lagi menjadi Kecamatan Tujuh Belas, dan Kecamatan Sungai Raya dimekarkan menjadi Kecamatan Sungai raya Kepulauan, dan Kecamatan Samalantan dimekarkan menjadi Kecamatan Lembah Bawang, jadi jumlah keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang adalah 17 kecamatan.

BERANDA UTAMA

07
Jul
10

Puluhan Kontainer Kayu Durian Digeledah Polda Kalbar

Tak lama berselang sejak Mabes Polri menangkap 200 kontainer berisi kayu durian yang dicurigai disisipi kayu campuran, Selasa (29/12) jajaran Polda Kalbar juga melakukan pemeriksaan terhadap 59 kontainer yang juga diduga disisipi kayu campuran.

Menurut keterangan Direskrim Polda Kalbar, Kombes Pol Rafli, setelah mendapat informasi dari warga tentang keberadaan 59 kontainer yang memuat kayu durian, bersama BSPHH (Balai Sertifikasi dan Pengujian Hasil Hutan) Dinas Kehutanan Kalbar, pihaknya langsung melakukan pemeriksaan.

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa 59 container tersebut sudah dibawa berlayar oleh dua kapal barang dari Pontianak yang akan menuju Jakarta, namun ditengah perjalanan mereka kembali ke Pelabuhan Pontianak.

“Sebanyak 39 kontainer milik perusahaan pengiriman PT SAMIN diangkut oleh Kapal Sinar Padang, sedangkan 20 kontainer milik PT TANTO yang diangkut dengan Kapal Lumoso Bahagia. Dari 59 kontainer yang diperiksa, 26 diantaranya sudah diperiksa secara menyeluruh dan ditemukan 7 kontainer yang berisi kayu campuran diantara tumpukan kayu durian. Dari 7 kontainer tersebut, 5 kontainer berisi sekitar 3 – 5 batang kayu campuran, sedangkan yang 2 kontainer berisi sekitar 10 batang kayu campuran. Untuk 33 kontainer lagi akan dilakukan pengecekan detail pada 30 Desember 2009,” ujarnya.

Dikatakan juga bahwa kayu campuran yang terdapat dalam 7 kontainer tersebut, meliputi jenis Kayu Meranti, Nyatoh dan Bintangor.

“Menurut Permenhut no P.33/Menhut-II/2007, ada 21 jenis kayu termasuk kayu durian memang bisa diangkut hanya dengan menggunakan SKAU (Surat Keterangan Asal Usul) kayu yang diterbitkan oleh Kepala Desa, namun untuk ketiga jenis kayu campuran tersebut kami belum mengetahui secara pasti, yang jelas meranti tidak termasuk dalam kategori yang diatur dalam undang-undang. Selain jenis kayu yang disebutkan dalam permenhut tersebut, pengangkutannya harus menggunakan Faktur Angkutan Kayu Olahan atau yang dikenal dengan istilah FAKO,” urainya lebih lanjut.

Kayu-kayu durian ini berasal dari Kabupaten Pontianak, Landak dan Bengkayang, Kita belum mengetahui apakah pengiriman kayu ini sama dengan 200 kontainer yang diamankan oleh Mabes Polri di Tanjung Priuk-Jakarta, masih kita telusuri, imbuhnya.

Lebih jauh Direskrim mengatakan jika memang kayu-kayu campuran tersebut termasuk kayu yang tidak bisa diangkut hanya dengan SKAU, maka kayu itu akan dianggap sebagai ‘penumpang gelap’.

Rafli mengatakan sebelum penangkapan oleh Mabes Polri kemarin, jajaran Polda Kalbar sudah melakukan pemantauan terhadap pemantauan pengangkutan kayu durian. “Pada 22 Desember 2009 kami ikuti pengangkutan kayu durian dari kawasan Anjungan dan kami periksa di daerah Wajok, namun karena dokumen mereka ada dan anggota kami kurang mengerti detail perbedaan kayu, maka pada waktu itu kita biarkan mereka,” ucap perwira yang terkenal ramah dengan media ini.

Hingga saat ini, menurut Direskrim, Polda Kalbar belum menetapkan tersangka dalam kasus ini. Sementara itu, berdasarkan laporan terakhir, dari perusahaan pengiriman PT TEMAS tak kurang 60 container berisi kayu juga akan diperiksa sebelum diangkut berlayar. (fai)

06
Jul
10

Bahasa Pohon Selamatkan Bumi

The best friend on earth of man is the tree. When we use the tree respectfully and economically, we have one of the greatest resources of the earth”. (Arsitek Frank Lloyd Wright)

Banyak cara dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Bumi yang kian rapuh. Salah satunya dengan menanam pohon, sang primadona efek pemanasan Bumi, penyelamat lingkungan.

Pohon adalah salah satu keajaiban alam terhebat. Semua ajaran agama dengan tegas menempatkan pohon menjadi simbol dan sumber kehidupan manusia. Relief-relief di Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan candi-candi lain melukiskan pohon dalam kehidupan kita. Sakral dan romantis. Cinta dan kedamaian terukir dengan menanam pohon dan segala aktivitas kehidupan di bawah pohon. Kebencian dan anarki dilukiskan dengan menebang pohon.

Pohon adalah pembentuk ruang paling dasar (akar dan tanah = lantai, batang = tiang, ranting dan daun = atap) yang menciptakan keteduhan agar manusia dapat melakukan aktivitas di bawahnya. Sang Buddha Gautama merenung hening di bawah pohon Bodi (Ficus religiosa). Para murid yang sekolahnya ambruk tetap dapat belajar di bawah kerindangan pohon.

Bumi dan perempuan adalah satu. Kata bumi sendiri berkonotasi perempuan. Bumi tempat pohon berpijak menghujamkan akarnya. Bumi, pohon, dan perempuan menginspirasi Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film terbarunya berjudul Under The Tree. Bagi Garin, pohon mempunyai banyak makna yang menjadi bagian tak terlupakan dalam kehidupan semua orang di Bumi. Pohon dan perempuan juga telah mendorong Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon (1/12/2007) untuk menyelamatkan Bumi.

Pohon Beringin
Pohon Beringin (Ficus benjamina) dipilih sebagai lambang Persatuan Indonesia, sila ketiga Pancasila. Pohon kalpataru (Barringtonia asiatica), pohon kehidupan, dijadikan simbol penghargaan bagi pahlawan pelestarian lingkungan hidup. Meski bukan partai hijau, sebuah partai politik besar justru memakai lambang pohon beringin untuk mencitrakan partai yang memberi keteduhan kepada rakyat.

Pusat-pusat kota di Jawa ditandai dengan dua pohon beringin kurung di alun-alun sebagai titik nol kota. Pohon kamboja (Plumeria alba) banyak ditanam di pura-pura suci di Bali atau di tanah pemakaman di Jawa.

Sebutan kota-kota kita juga ada yang berasal dari ciri khas pohon-pohonnya, seperti Semarang (pohon asam yang ditanam jarang-jarang), Bogor yang identik dengan pohon kenari. Begitu pula sejumlah kawasan di Jakarta, dulu Sunda Kelapa (Cocos nucifera), kawasan Menteng (Baccaurea recemosa), Cempaka Putih (Michelia alba), Karet (Ficus elastica), Kemang (Mangifera caecea), Kelapa Gading (Cocos capitata), Kapuk (Ceiba petandra), Kosambi (Schleichera oleosa), atau Kebayoran (Bayur = Pterospermum javanicum).

Tetapi pohon-pohon kini merana karena tumbang ditiup angin atau ditebangi tanpa terkendali. Padahal, pohon wajib dilindungi dan dilestarikan apa pun alasannya. Menebang pohon sama saja mempercepat ajal kita.

Global Warming effect
Pada era pemanasan Bumi dan berbagai bencana alam (banjir, tanah longsor, pencemaran udara, krisis air) terjadi, gerakan penanaman pohon besar yang lebih banyak lagi merupakan hal mutlak. Pohon berjasa menahan air dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, menjadi habitat bagi beragam makhluk hidup, memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida–gas rumah kaca penyebab pemanasan global–menyaring gas polutan, meredam kebisingan, angin dan sinar matahari, dan menurunkan suhu kota.

Menanam pohon sebenarnya berbicara tentang kearifan konsumsi-investasi, menjamin kelangsungan lingkungan hidup warga dan kota. Selalu ada alternatif penyelesaian cerdas dalam membangun kota tanpa harus menebangi pohon jika kita mau berpikir panjang. Seluruh warga hendaknya berpartisipasi menggerakkan lompatan besar menghijaukan kota melawan proses penggurunan kota (hutan beton).

United Nations Environment Programme (UNEP, 2007) berkampanye “Plant for the Planet: Billion Tree Campaign”, sebagai salah satu upaya memulihkan kondisi Bumi dari pemanasan global melalui gerakan menanam pohon (http://www.unep.org/billiontreecampaign). Di kita, gerakan penghijauan masih sekadar seremonial belaka. Terbengkalai, tidak dipelihara, dan mati.

Tanam untuk masa depan
Menanam pohon ada aturannya, tidak asal tanam. Penanaman pohon mensyaratkan kecocokan jenis pohon (pantai, dataran rendah, pegunungan), fungsi (ekologis, ekonomis, estetis), ketepatan cara (standar keamanan dan keselamatan), waktu penanaman, penyediaan, pemilihan, dan pendistribusian (dalam jumlah besar), serta pemeliharaan pascatanam. Penanaman harus memerhatikan segi estetika arsitektural, lanskap visual kota, peran maksimal terhadap lingkungan, aman terhadap konstruksi, batang tak mudah patah, dan berumur panjang (ratusan tahun).

Pohon-pohon pengikat tanah dan penyimpan air tanah ditanam di lahan kritis yang rawan longsor dan erosi. Pohon bakau memagari kawasan tepian pantai hingga menyusup ke jantung kota melalui bantaran kali untuk mencegah intrusi air laut, menahan abrasi pantai, menahan air pasang, angin dan gelombang besar dari lautan lepas, mencegah pendangkalan dan penyempitan badan air, menyerap limpahan air dari daratan (saat banjir), menetralisasi pencemaran air laut, dan melestarikan habitat tiga ekosistem hutan bakau yang kaya keanekaragaman hayati.

Jenis pohon tertentu terpilih sebagai pohon penyelamatan (escape trees) yang ditanam di sepanjang jalur evakuasi bencana (escape route) menuju taman atau bangunan penyelamatan (escape building) lainnya. Penanaman pohon besar di sepanjang jalur hijau jalan, jalur pedestrian, bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, serta jalur tepian air bantaran kali, situ, waduk, tepi pantai, dan rawa-rawa akan membentuk infrastruktur hijau raksasa yang berfungsi ekologis. Kota pohon memberi keteduhan pada pejalan kaki dan penunggang sepeda.

Berbagai penelitian membuktikan, 1 hektar ruang terbuka hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton O2 untuk 1.500 penduduk/hari, menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang per tahun, menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan mengurangi kekuatan angin 75-80 persen. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi yang dapat diserap oleh 4 pohon dewasa (tinggi 10 m ke atas, diameter batang lebih dari 10 cm, tajuk lebar, berdaun lebat).

Pemerintah perlu menyurvei ulang, mendeteksi tingkat kesehatan dan keamanan, serta mengambil tindakan perawatan, pemeliharaan, dan asuransi pohon. Unit reaksi cepat perlu tanggap memberi pertolongan darurat, memangkas pohon sakit atau rawan tumbang, menyingkirkan pohon tumbang, mengangkut, dan mengolah sampah pohon, serta didukung standar kinerja, kompetensi pekerjaan, sertifikasi tenaga pengawas, dan pelaksana pemeliharaan pohon. Ini agar warga kota tidak paranoid, takut pohon tumbang saat musim hujan tiba atau ada angin puting beliung.

Melindungi pohon
Pemerintah bersama masyarakat dapat memelihara dan melindungi pohon. Kita dapat mengadopsi dan menjadi orang tua angkat pohon-pohon besar di depan rumah.

Ada beberapa pohon yang layak tanam untuk kota besar seperti Jakarta, yaitu pohon trembesi/Ki Hujan (Samanea saman), asam (Tamarindus indica), mahoni (Swietenia mahogani), tanjung (Mimusops elengi), atau bintaro (Cerbera manghas). Selain itu, pohon buah-buahan yang menarik bagi burung dan tupai dapat pula ditanam di lingkungan rumah kita, seperti pohon mangga (Mangifera indica), sawo kecik (Manilkara kauki), rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus integra). Kawasan pantai dapat ditanami waru laut (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminilia cattapa).

Kita tidak akan pernah dapat menghargai pohon selama kita tak pernah mendengarkan bahasa pohon. Seperti pepatah bijak dari China 500 SM, “jika engkau berpikir untuk satu tahun ke depan, semailah sebiji benih, jika engkau berpikir untuk sepuluh tahun ke depan, tanamlah sebatang pohon”. Ingat pula, kata Al Gore, “Plant trees, Lots of trees,” (An Inconvenient Truth, Al Gore, 2007).

06
Jul
10

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!




April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Months